Selayang Pandang Damaskus
Dan Sekitarnya
http://zsmangkuto.tripod.com
DAMASKUS, Ibu kota Suriah yang terkenal dengan julukan "Kota Tertua" di dunia yang tidak pernah putus dari penghuni karena silih bergantinya kabilah yang membawa kebudayaan datang datang dari berbagai penjuru dunia.
Damaskus mempunyai berbagai nama antara lain: Faikha, Syam, Jala', dan Lu'lu' Sharq (sebagaimana yang diberikan oleh Emperium Julian).
Tersebut dalam batu prasasti peninggalan Raja Ebla bahwa Damaskus atau Dimasq atau Damsyiq merupapakan kota perdagangan yang sangat luas pada tahun 3000 Sebelum Masehi.
Puncak kejayaan Damaskus nampak pada tahun 2000 SM ketika menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Aramic dengan nama Dar Misik. Orang-orang Aramic merupakan penduduk asli Damaskus yang berasal dari kawasan Arab bagian utara dengan bahasa aslinya Aramic, hingga sekarang terkenal dengan sebutan bahasa Syriani. Bahasa Syriani sampai sekarang masih dapat ditemui di daerah Ma'lula, tempat pemukiman yang terdiri dari gunung-gunung batu yang banyak gua-guanya sebagai tempat tinggal bangsa Aramic.
Damaskus pernah dikuasai oleh berbagai suku bangsa antara lain Yunani, Romawi, Arab dan lain-lain. Dimasa kekuasaan Romawi, Damaskus merupakan kota yang amat penting dari sepuluh wilayah yang dikuasainya.
Pada masa Romawi orang-orang asing tidak begitu mudah memasuki kota Damaskus, karena dikelilingi pagar tembok yang tinggi, kecuali harus melewati 7 pintu-pintu utama yaitu :
a. Bab Syarqi (Pintu Timur)
b. Bab Jabiyah
c. Bab Kaisan
d. Bab Shogir (Pintu Kecil)
e. Bab Tuma
f. Bab Janiq
g. Bab Faradis
Pemerintah Romawi telah membangun beberapa Gereja yang sebagian besar masih dipakai sampai sekarang.
Sekitar tahun 661 M, Damaskus telah mencapai puncak kejayaannya sewaktu kota tersebut dijadikan ibukota negara oleh Muawiyah bin Abi Sofyan dari Dinasti Bani Umayyah.
Tempat-Tempat Bersejarah
1. Mesjid Agung Umayyah
2. Pasar Hamidiyeh
3. Salahuddin Al-Ayyubi
4. Nabi Yahya
5. Bilal Bin Rabah
6. Sayyidah Zainab, Cucu Nabi
7. Sayyidah Ruqayyah, Cicit Nabi
8. Bushra Syam, Tempat Nabi Berdagang
9. Imam Nawawi, Ahli Hadits
10. Mesjid Umar
11. Mesjid Mabrakunnaqah
___________________________________________
1. Masjid Agung Umayyah
Masjid Agung Umayyah atau Omayyed terletak di jantung kota kuno Damaskus, di ujung pasar Hamidiyah. Masjid ini di atas lokasi yang sudah beribu-ribu tahun menjadi pusat peribatan, dan juga tempat beribadah Bangsa Aramic, yang menganut pemahaman dan menyembah berhala Tuhan Hadad yaitu Tuhan bangsa Syriani Kuno sejak 3000 tahun S.M. Di awal abad masehi, tempat ini telah berubah menjadi tempat ibadah penyembah bintang atau Planet Jupiter di masa Romawi. Ketika Agama Kristen berkembang di Damaskus pada abad keempat Masehi, tempat ini berubah menjadi Gereja yang bernama Yohana Al-Ma'badan.
Ketika Islam masuk ke Damaskus pada tahun 635 M, orang-orang Islam dan Kristen bersepakat untuk membagi tempat ibadah menjadi dua bagian, sebelah timur Masjid dan sebelah barat Gereja. Mereka menjalankan ibadah masing-masing secara bersama-sama yang hanya dipisahkan oleh dinding tembok. Orang Muslim mengumandangkan suara adzan sedangkan orang Kristen membunyikan lonceng. Hal tersebut berlangsung kurang lebih selama 70 tahun atau sampai tahun 705 M sewaktu Walid bin Abdul Malik menginginkan untuk membangun Masjid yang besar dan megah sesuai dengan kebutuhan kaum muslimin dan pemerintahan Islam pada waktu itu.
Berdasarkan hasil musyawarah antara kedua pihak (Islam-Kristen), Khalifah Walid bin Abdul Malik telah mengizinkan gereja-gereja yang berada di daerah Bab Touma dan sekitarnya di pakai sebagai pengganti mereka yang bersatu dengan mesjid Umawi.
Dalam masa lebih kurang10 tahun berdirilah Masjid yang besar dan megah dengan ukuran panjang 150 meter dengan lebar 100 meter.
Masjid ini termasuk yang terbesar di dunia pada masa itu. Di bagian timur Masjid, terdapat maqam Nabi Yahya a.s.
2. Pasar Hamidiyeh
Pasar Hamidiyah (baca Hamidiyeh) yang berbentuk memanjang dari pintu Naser sampai masjid Umawi yang dibangun pada tahun 1863 M. Di masa kekuasaan Sultan Abdul Hamid, pasar itu dinamakan Hamidiyah yang diambil dari namanya sendiri.
Pasar tradisional ini merupakan tempat perbelanjaan bagi masyarakat umum dari berbagai lapisan. Berbagai macam barang tradisional seperti kerajinan tangan rakyat banyak tersedia di pasar tersebut, baik berupa barang-barang ukiran dari kayu, tembaga, taplak meja, bordiran, lukisan-lukisan kaca dan hasil kerajinan rakyat lainnya.
Disamping banyaknya para pengunjung setempat juga dikunjungi oleh para wisatawan asing (turis). Mereka merasa belum puas apabila berkunjung ke Suriah tidak menyempatkan diri berkunjung ke pasar tradisional tersebut mengingat letaknya berdekatan dengan Masjid Umawi yang sangat terkenal dan bersejarah tersebut.
3. Shahuddin Al-Ayyubi
Shalahuddin Al-Ayyubi atau dikenal dengan Saladin adalah salah seorang pejuang Islam yang telah membebaskan negara Arab dari kekuasaan tentara Salib (bangsa Eropa) yang beragama Kristen. Dimana bangsa Eropa tersebut telah membunuh anak-anak, wanita dan orang-orang tua. Peristiwa ini berlangsung cukup lama sehingga kaum Muslimin mulai berfikir bagaimana cara mempertahankan diri dari serbuan tentara Salib, namun usaha kaum Muslimin tersebut belum cukup berhasil.
Pada tahun 1167 M muncullah seorang Pangeran Muda yang gagah bernama Shalahuddin Al-Ayyubi beserta para pengikutnya berjuang untuk membebaskan tanah air mereka dari kekuasaan tentara Salib. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Shalahuddin Al-Ayyubi telah dapat mengumpulkan tentara yang cukup besar jumlahnya.
Dalam perjalanan ke Palestina, Shalahuddin dan bala tentaranya membangun suatu perkemahan di dekat Hittin. Pada suatu hari yang sangat panas (tahun 1187 M), mereka telah menyerang pasukan Salib yang sangat besar jumlahnya dan telah dimenangkan oleh kaum Muslimin dan dikenal sebagai Perang Salib. Hasil perjuangan kaum Muslimin yang paling berharga melawan tentara Salib yaitu dapat direbutnya kembali kota Qudus dan Masjid Aqsa setelah mengepungnya berminggu-minggu. Jadi wilayah Palestina termasuk kota Qudus dan Masjid Aqsa dapat direbut kembali dari kekuasaan tentara Salib setelah sebelumnya pernah dikuasai oleh kaum Muslimin sewaktu pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. (Shalahuddin dilahirkan di Takriti, Irak pada tahun 1137 M dan meninggal pada tahun 1193 M di Damaskus).
4. Nabi Yahya A.S.
Nabi Yahya a.s. dimakamkan di Mesjid Umawi, Damaskus. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa yang dimakamkan di mesjid tersebut adalah hanya kepalanya saja, sedangkan di dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi Yahya dimakamkan berikut badannya.
Nabi Yahya a.s. dibunuh sewaktu shalat. Sebab-sebab dibunhnya Nabi Yahya a.s., telah diriwayatkan bahwa Raja Damaskus suatu ketika menjatuhkan talak (menceraikan) istrinya dengan talak tiga sekaligus. Raja telah meminta fatwa kepada Nabi Yahya a.s. yang dijelaskannya bahwa Raja tidak dihalalkan untuk rujuk/kembali kepada istrinya mengingat telah menjatuhkan talak tiga, kecuali si wanita tersebut harus kawin dahulu dengan lelaki lain dan setelah cerai dengan suaminya yang baru, maka wanita tersebut dapat dikawini kembali oleh raja (suaminya yang pertama). Mendengar jawaban (fatwa) tersebut seakan-akan permaisuri telah dirugikan yang mana akhirnya raja menjadi dendam. Sewaktu sang putri raja diperintahkan untuk menari dihadapan tamu, sang putri tidak mau melakukannya dan ia meminta kepada ayahnya sang raja untuk mengabulkan permintaan ibunya terelebih dahulu yaitu ingin diberi hadiah kepala Nabi Yahya a.s.
Tiada pilihan lain bagi sang raja kecuali mengabulkannya dan memerintahkan kepada para perwiranya untuk menangkap dan membunuh serta membawa kepala Nabi Yahya a.s. kehadapannya. Peristiwa ini terjadi tidak lama sebelum diangkatnya Nabi Isa a.s. ke langit. Wallahu a'lam.
5. Bilal Bin Rabbah
Bilal bin Rabbah Al-Habsyi adalah salah seorang dari sahabat Rasuullah SAW yang mempunyai keistimewaan tersendiri, dimana ia ditunjuk langsung oleh Rasuullah SAW untuk mengumandangkan adzan setiap waktu shalat tiba. Tugas ini dilaksanakannya sampai dengan masa Khalifah Abu Bakar As-Sidiq dan Umar Ibn Khattab.
Sewaktu Khalifah Umar bin Khattab ingin merebut Palestina dari tangan penjajah bangsa Romawi, sahabat Bilal pada waktu itu turut serta bergabung dengan para pejuang Islam lainnya dalam upaya membebaskan Masjidil Aqsha (Qiblat pertama Kaum Muslimin). Setelah kaum Muslimin dapat merebut kota suci Al-Quds sebagian besar dari pada sahabat kembali ke Madinah dan sebagian lain tinggal di Palestina, sedangkan sahabat Bilal bin Rabbah meneruskan perjalanannya ke Syam (Damaskus) yang akhirnya beliau wafat dan dimakamkan di kota Damaskus. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau meninggal pada thun 17 Hijriyah dan di mamkamkan di Bab Shogir, Damaskus.
Di Bab Soghir juga terdapat beberapa makam penting, seperti makam 3 isteri Rasulullah SAW yaitu Ummu Habibah, Ummu Salamah dan Hafshah serta beberapa keluarga Rasuullah yang lainnya. Hal ini ada dua penyebab sehingga keluarga Rasulullah banyak yang dimakamkan di Damaskus antara lain; (1) Hijrah, karena perpindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus pada zaman Mu'awiyah. (2) Ditawan, pada perang saudara antara Sayyidina Ali dengan Mu'awiyah.
6. Siti Zainab (Cucu Nabi)
Siti Zainab adalah adik kandung dari Hasan dan Husen. Ia dilhairkan di Madinah pada 1 Sya'ban 5 H. Sebelum kelahiran putri Sayyidina Ali yang ketiga ini, putri Rasulullah SAW yang bernama Zainab wafat. Maka untuk mengenang putrinya yang baru meninggal, Rasulullah memberi nama bayi yang baru lahir dari putrinya yang tercinta Fatimah dengan nama yang sama yaitu Zainab.
Di masa kecil Zainab hidup dalam bimbingan kakeknya (Rasulullah) dan dibawah asuhan kedua orang tuanya (Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Muhammad). Tidak berlebihan apabila beliau disebut sebagai salah seorang wanita paling istimewa dalam jajaran ahli bait (keluarga Rasulullah) karena Zainab telah menimba ilmu secara langsung dari kakek dan kedua orang tuanya.
Siti Zainab menikah dengan anak pamannya (sepupu) yaitu Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib dan dikarunai empat putra (Ali, Muhammad, Abbas, dan A'un) dan seorang putri (Ummu Kaltsum). Dua putranya Muhammad dan A'un gugur bersama pamannya (Husen) dalam perang Karbala.
Siti Zainab merupakan sumber ilmu dan suri tauladan bagi kaum muslimah karena hampir seluruh hidupnya telah dicurahkan bagi kepentingan pengembangan agama Islam terutama dalam mencetak para cendekiawan muslimah. Beliau telah mendirikan sekolah-sekolah di Madinah dan Kufah, Irak. Beliau juga termasuk ahli tafsir, fiqh dan perawai hadist.
Sayyidah Zainab hijrah ke Karbala bersama kakaknya (Husen). Setelah peristiwa Karbala, beliau kembali lagi ke Madinah dan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan beliau bersama-sama dengan suaminya pergi ke Syam dan tinggal di desa Ghutha, suatu perkampungan di pinggiran kota Damaskus. Beliau wafat pada tahun 65 H dalam usia 60 tahun.
7. Siti Ruqoyah (Cicit Nabi)
Sayyidah Siti Ruqayah adalah cicit Rasulullah dari Husen bin Ali bin Abi Thalib. Ketika terjadi perang antara pengikut Sayyidina Ali dan Muawiyah beberapa keluarga Sayyidana Ali telah ditawan oleh tentara Muawiyah termasuk Siti Ruqayah yang pada saat itu baru berumur 4 tahun.
Tidak seperti tawanan lainnya, Siti Ruqayah diperlakukan dengan sangat baik dan sangat dihormati, mengingat beliau adalah keturunan Rasulullah. Namun St. Ruqayah menderita sakit dan meninggal menyusul ayahnya yang meninggal lebih dahulu karena di pancung oleh tentara Muawiyah. Kepala Sayyidina Husen akhirnya disemayamkan di sebelah timur belakang Masjid Umawi.
8. Bushra SYam
Kota Bushra terungkap di dalam tulisan batu/parasasti yang diperkirakan ditulis pada abad 14 SM. Pada tulisan-tulisan tersebut terdapat kafilah-kafilah yang terkenal dengan sebutan Aadian, Amoria, Nabatiah dan Ghosaniyyah.
Sejarah kota Bushra tidak bisa terlepas dari Petra, sebuah Kerajaan Selatan (Yordania sekarang) yang dibangun oleh kaum Nabatiah pada abad ke 4 SM. Begitu juga Kerajaan Utara di Bushra mulai berjaya pada abad ke 4 M.
Pada tahun 634 M, penduduk Bushra yang mayoritas beragama Kristen telah direbut dari penguasa Byzantium, Romawi. Sejak tahun itu Bushra resmi dikuasai oleh bangsa Arab.
Sewaktu Khalifah Umar bin Khattab datang ke Syam, maka Bushralah yang menjadi tujuan utamanya, disamping merupakan kota kenangan, juga mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan kaum Quraisy di Makkah.
Bushra juga merupakan daerah penting bagi para pedagang Arab, Cina, India dan Romawi. Kebiasaan para saudagar yang datang ke Bushra untuk memasarkan barang-barang dagangannya dan jika mereka kembali sambil membawa barang-barang dari Bushra untuk diperdagangkan di negerinya. Bushra pada masa itu termasuk dalam lima pasar besar/utma di kawasan/jazirah Arab.
* Benteng Bushra
Benterng Bushra dibangun pada abad pertama SM. Pada waktu perang Salib yang dipimpin oleh Salahuddin Al-Ayyubi, benteng Bushra dipakai sebagai benteng utama bagi pertahanan dan perlindungan kaum Muslimin.
Kota Bushra pada masa kejayaannya berbentuk bulat dan telah hancur sewaktu terjadi gempa pada abad ke-11 M dan juga telah diporak-porandakan oleh bangsa Mongol pada tahn 1261 M serta terjadi gempa lagi abad ke-14 M.
Pada tahun 1854 M, di Bushra hanya terdapat sedikit rumah penduduk dan diperkirakan hanya 14 buah rumah dan terus berkembang hingga sekarang.
* Teater Bushra
Teater ini berkapasitas sekitar 10.000 penonton yang terdiri dari 3 kelas. Kelas 1 terdapat 14 tribune, kelas 2 sebanyak 18 tribun dari kelas 3 sebanayak 5 tribune. Setiap kelas dibatasi oleh dinding batu.
* Der Rahib Buhaira (Gereja Pendeta Buhaira)
Gereja tersebut dibangun pada awal abad ke-4 M. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sejarah perkembangan paling penting bagi ummat Islam.
Pada waktu itu di Bushra hidup seorang pendeta yang bernama Buhaira An-Nasturi pada masa-masa akhir sebelum Islam muncul.
Sewaktu Paman Nabi Abu Thalib hendak berangkat berdagang ke Syam (Bushra), beliau tidak sampai hati meninggalkan Muhammad kecil sendirian dan kemudian diajaknya ikut serta dalam rombongan kafilah tersebut.
Setelah kafilah Quraisy tiba di dekat kota Bushra, pendeta Buhaira melihat sesuatu yang aneh dalam rombongan kafilah tersebut yaitu mereka selalu diikuti oleh awan yang melindunginya dari sengatan matahari. Melihat hal ini, pendeta Buhaira teringat kepada keterangan-keterangan yang terdapat dalam kitab Injil.
Sewaktu memasuki kota Bushra, kafilah itu tidak langsung memasarkan barang dagangannya tetapi mereka beristirahat sejenak di bawah pohon yang rindang. Pendeta Buhaira dengan seksama terus memperhatikan awan yang mengikuti langkah rombongan Nabi. Buhaira pada akhirnya memutuskan untuk menyambut dan menjamu para saudagar Quraisy tersebut dengan jamuan yang luar biasa. Mereka sangat terkejut dengan adanya sambutan dan jamuan yang luar biasa tersebut.
Pada waktu jamuan tiba, pendeta tersebut tidak menemukan seseorang yang menunjukkan tanda-tanda kenabian. Maka beliau bertanya kepada rombongan tersebut, apakah ada yang tidak ikut hadir pada jamuan makan ini? Ia mendapat jawaban bahwa ada seorang anak kecil yang bernama Muhammad yang tidak hadir dalam undangan jamuan makan ini.
Pendeta Buhaira tidak berani mempersilahkan para tamunya makan sebelum anak kecil bernama Muhammad itu dipanggil. Setelah Muhammad datang, Pendeta Buhaira baru mempersilahkan tamu-tamunya makan yang sudah disediakan sambil dengan seksama memperhatikan tingkah-laku anak kecil itu dan ia menjadi bertambah yakin setelah melihat tanda yang ada dipunggung Muhammad. Melihat hal itu, ia berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga dan memperhatikan keponakannya, Muhammad karena anak ini akan mempunyai suatu martabat yang tinggi di kemudian hari (menjadi Nabi).
Itu adalah merupakan peralanan Rasulullah yang pertama ke Syam (Bushra) saat beliau berumur 12 tahun, sedangkan perjalanan yang kedua kalinya yaitu sewaktu beliau berumur 25 tahun bersama Maisara, seorang pembantu laki-laki Siti Khadijah, dengan membawa barang dagangan Khadijah yang kemudian menjadi istrinya.
Gereja ini di bangun sepanjang 23 meter dan lebarnya 13 meter dengan atapnya dari kayu. Diterangi sinar matahari yang masuk melalui 19 buah jendela (8 disebelah kiri, 8 disebelah kanan dan 4 di bagian belakang).
9. IMAM NAWAWI (Yahya bin Sharaf bin Mari An-Nawawi)
Imam Nawawi dilahirkan pada awal bulan Muharram 631 H. Nawawi sejak kecil senang membaca dan menghafal Al-Qur'an. Ia selalu menghindar bila teman-temannya mengajak bermain.
Suatu waktu ayahnya menyuruh ia menjaga toko, namun Nawawi selalu sibuk dengan Al-Qur'annya dan mengabaikan para pembeli. Ketika seorang Ulama melihat tingkah Nawawi yang unik, beliau langsung memberitahukan kepada ayahnya supaya ia mengarakan anaknya ke bidang pendidikan.
Nawawi hafal Al-Qur'an sebelum memasuki umur akil baligh. Ketika berumur 19 tahun, Nawawi dimasukkan oleh ayahnya untuk belajar ke salah satu sekolah dari 300 sekolah yang ada di Damaskus yaitu di sekolah Rawahiyah, dekat Mesjid Umawi/Omayyad.
Nawawi setiap hari belajar berbagai jenis disiplin ilmu yang tercakup dalam 12 kitab yang dipelajarinya.
Pada tahun 665 H, Imam Nawawi diangkat menjadi Guru Besar di sekolah Darul Hadist Asyrafiyah, dekat pasar Asruniyah Damaskus dan bertempat tinggal di kompleks sekolah. Beliau pergi naik haji 2 kali, pertama dengan orang tuanya pada tahun 651 H dan kembali ke Damaskus.
Pada tahun 676 H, Imam Nawawi berniat melakukan perjalanan setelah ia mengembalikan kitab-kitab yang dipinjamnya dari perpustakaan, pamit kepada teman-teman dan guru-gurunya serta meminta do'a restu dan izin kedua orang tuanya, Imam Nawawi mengadakan perjalanan ke Baitul Maqdis (Mesjid Al-Aqsha) dan makam Nabi Ibrahim a.s., lalu kembali ke kota kelahirannya Nawa di Syria, tidak jauh dari kota Dara'a (Adra) dekat perbatasan Jordan. Tidak lama kemudian beliau jatuh sakit dan meninggal dunia pada malam Rabu, 24 Rajab 676 H. Bukunya yang terkenal, Syarah Nawawi, sebagai uraian Sahih Bukhari.
Diatas makam Imam Nawawi tumbuh pohon besar yang sampai saat ini masih dapat disaksikan.
10. Maqam dan Sumur Nabi Ayub
Masih di wilayah Nawa, tepatnya sekarang bernama kampung Sheikh Saad, terdapat maqam/kuburan Nabi Ayub dan sumur Nabi Ayub, dimana selama hidupnya Nabi Ayub pernah menderita penyakit campak atau kulit dan telah bertahun-tahun tidak pernah sembuh.
Suatu ketika istrinya mengajak Nabi Ayub ke sebuah sumur yang airnya sangat jernih. Istrinya meninggalkan Ayub sendirian di dekat sumur itu sedangkan istrinya pergi mencari nafkah.
Sore harinya istri Nabi Ayub datang menjemput, tetapi aneh, setelah dicari Nabi Ayub tidak ketemu. Ditanyakan kepada orang disekitarnya adakah melihat Ayub, yang mereka sendiri tidak mengetahuinya. Setelah lama mencari juga tidak ada, tetapi sejak istri Nabi Ayub kembali ketempat itu, ada seorang pemuda yang selalu memperhatikan perempuan tadi, lalu perempuan itu bertanya kepada pemuda itu. Apakah ada melihat orang tua yang tadi pagi duduk dekat sini? Pemuda itu menjawab, maaf saya tidak ada melihat siapapun orang tua disini, kecuali hanya saya sendirian menunggu istri saya kembali. Dengan amat kaget perempuan tsb melihat wajah pemuda itu, dia berkata dalam hati ; saya belum pernah berjumpa pemuda ini, namun hati saya gelisah apakah benar ini Nabi Ayub belum lagi sampai bicara, pemuda itu berkata :sayalah orang tua yang anda cari itu.. dan sayalah Ayub Kemudian istri Ayub disuruhnya mandi di sumur tersebut yang dengan mukjizat Allah keduanya menjadi sehat dan muda kembali.
11. Masjid Umar Bin Khattab
Masjid Umar Bin Khattab didirikan pada masa Pangeran Khalid bin al-Walid menguasai kota Bushra di masa Khalifah Umar bin Khattab yang selanjutny di kenal dengan sebutan Masjid Umari yang diambil dari nama Umar bin Khattab yang menjadi Amirul Mukminin saat itu. Masjid yang dibangun dar bekas Haikal atau tempat penyembah berhala ini, adalah salah satu Masjid yang di bangun pada awal munculnya Islam yang keasliannya terpelihara sampai sekarang. Walaupun telah mengalami beberapa kali pemugaran dan perluasan tetapi semua tiang-tiangnya masih berdiri tegak di tempat semula, nampak di beberapa tiang tulisan Yunani dan Latin. Di dinding masjid terdapat tulisan Nabati dan Arab, hal tersebut menandakan silih bergantinya beberapa kebudayaan yang pernah menduduki kota Bushra.
Adapun menara yang berbentuk persegi empat di bangun pada abad ke-2 Hijrah, meskipun mengalami perluasan dan renovasi, menara tersebut masih utuh sampai sekarang.
12. Masjid Mabrukun Naqooh
Berkenaan dengan masjid ini serentetan sejarah yang pernah terjadi di Bushra yang man mesjid ini di bangun di atas tanah yang diyakini bahwa Rasullah SAW pernah melaksanakan shalat disitu sewaktu beliau berdagang ke Bushra bersama pamannya dan disebelah kanan terdapat onggokan batu persegi empat bekas menderunya (tambatan) unta Rasulullah SAW yang sekarang masih nampak bekas telapak kaki dan pergeseran dada unta, maka oleh masyarakat Bushra masjid kecil ini dikenal dengan sebutan Jami' Mabrukunnaqoh (tempat menderunya unta).
13. Mesjid dan Madrasah Ibnu Katsir
Ibnu Katsir adalah pengarang tafsir Al-Quran yang terkenal, mendirikan madrasah di samping Mesjid Mabrukonnaqoh.
Ibnu Katsir mengajar sendiri murid-muridnya dengan duduk bersila (sarasehan), mesjid dan madrasah Ibnu Katsir dapat dilihat sampai sekarang. (zs)