Kemelut Irak Semakin Runyam
Oleh : Zulharbi Salim *)
Liputan media dari Timur Tengah minggu ini meramaikan tentang keberadaan mantan Presiden Irak, Saddam Hussein. Keberadaan Saddam Hussein itu masih membingungkan antara hidup dan mati. Demikian juga kedua anaknya Uday dan Qusay.
Kepiawaian Saddam menyembunyikan diri, sangat menakutkan dan menjadi momok tentara AS dan sekutunya. Sejak usainya invasi ke Irak dengan kemenangan dipihak sekutu AS.
Pemerintah militer di Irak menawarkan hadiah uang sebesar 25 juta dolar untuk informasi yang bisa menangkap mantan presiden Saddam Hussein.
Pejabat tertinggi Amerika di Irak, Paul Bremer, mengatakan hadiah sebesar 15 juta Poundsterling akan diberikan bagi informasi yang sama menyangkut dua putera Saddam, Uday dan Qusay. Saya belum melupakan Saddam Hussein dan kedua puteranya, ujar Bremer dalam pesan yang disiarkan bagi warga Irak. Mereka mungkin masih hidup atau mungkin sudah tewas. Sampai kita bisa memastikannya, nama mereka akan terus menghantui negeri ini.
Keberadaan Saddam Hussein merupakan sumber spekulasi sejak Baghdad jatuh ke tangan pasukan pimpinan Amerika pada tanggal 9 April 2003.
Hadiah sebesar 25 juta dolar ini sama dengan jumlah hadiah yang disediakan Amerika Serikat untuk informasi yang bisa menangkap Osama bin Laden, ketua al-Qaeda yang menghilang sejak kejatuhan rejim Taleban di Afghanistan di awal tahun 2002.
Tentara AS diserang
Richard Galpin, wartawan BBC di Baghdad mengatakan tertangkapnya Saddam Hussein dan puteranya, hidup atau mati, tidak hanya akan bernilai simbolis yang tinggi. Amerika Serikat dan Inggris yakin bahwa meskipun mereka menjadi buronan, mereka menjadi motif anggota bekas rejim itu untuk terus melakukan serangkaian serangan terhadap tentara pasukan pimpinan Amerika.
Wartawan kami mengatakan pihak yang berada di balik kekerasan itu kemungkinan yakin bahwa ada kesempatan memaksa pasukan Amerika dan Inggris sehingga rejim lama bisa kembali berkuasa.
Kami yakin bahwa sangatlah penting untuk mengetahui keberadaan Saddam Hussein, apakah dia masih hidup atau sudah tewas, dalam upaya membantu menstabilkan situasi dan meyakinkan warga Baghdad bahwa dia tidak akan lagi kembali, ujar Menteri luar negeri Amerika, Colin Powell, kepada wartawan di Washington.
Bremer mengatakan bahwa kegagalan menangkap atau membunuh presiden yang tersingkir itu menghambat upaya koalisi menguasai negara itu. Sedikitnya delapan tentara Amerika luka-luka dalam tiga serangan terpisah pada hari Sabtu (05/07/03).
Dalam serangan yang paling serius, militer Amerika mengatakan iring-iringan dua kendaraan menjadi sasaran sebuah alat peledak yang melukai 6 tentara dan ini terjadi di Ramadi, 100 kilometer sebelah barah kota Baghdad.
Tentara yang sedang berpatroli di Baghdad tengah juga menjadi sasaran serangan, dan satu tentara terluka sebelum pelaku serangan ditembak mati. Seorang anak Irak berusia enam tahun terluka dalam peristiwa ini.
Sedikitnya 18 tentara Amerika dan Inggris tewas dalam tembak menembak yang terjadi sejak Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, menyatakan bahwa perang di Irak berakhir pada tanggal 1 Mei 2003.
Bulan lalu, pasukan Amerika menyerang sebuah konvoi di dekat perbatasan dengan Suriah yang diduga mengangkut sejumlah anggota senior bekas rejim Irak.
Belum jelas apakah Saddam Hussein berada dalam konvoi itu, namun pejabat Amerika dilaporkan melakukan tes DNA pada korban serangan tersebut.
Saat perang, sedikitnya dua serangan udara Amerika dilakukan dengan sasaran Saddam Hussein namun tidak ada konfirmasi atas kesuksesan serangan itu.
Seorang warga Irak tewas dan tiga tentara AS cedera, Kamis ketika mereka diserang di Baghdad, kata seorang perwira AS, sementara enam tentara AS lainnya cedera di Ramadi, yang terletak di sebelah barat ibukota Irak.
Para penyerang menembakkan granat berpelontar roket (RPG) ke satu kendaraan militer AS, kata penduduk di kota yang terletak sekitar 100 km dari Baghdad itu.
Militer AS mengatakan enam tentara cedera akibat kena serangan bom yang ditujukan terhadap satu patroli AS, tanpa menjelaskan lebih jauh. Tampaknya itu merupakan insiden yang sama.
Di Baghdad, di lokasi serangan tersebut, Mayor AS Scott Patton mengatakan, Menurut laporan-laporan awal, ada tiga orang cedera.
Seorang warga Irak yang tidak bersalah yang duduk di satu pojok jalan juga tewas (akibat ledakan itu) kata laporan-laporan yang kami dengar, katanya.
Ia tidak memberi komentar mengenai laporan-laporan saksi mata bahwa pasukan AS melepaskan tembakan ke sebuah mobil yang menembak mati sopir di Jalan Haifa, Baghdad bagian tengah.
Ia menduga para penyerang melemparkan sebuah granat tangan ke sebuah kendaraan lapis baja AS, sebelum membakarnya dengan bensin.
Wartawan Al Hayat melihat reruntuhan sebuah kendaraan militer yang terbakar di lokasi itu. Saadi mengatakan ia memperkirakan sopir mobil yang diperkirakan warga Irak itu, meninggal akibat kena tembak. Namun tidak jelas apakah sopir itu terlibat dalam serangan tersebut.
Banyak tentara AS berada di lokasi itu, mereka menutup jalan tersebut ketika mengamankan lokasi itu. Serangan-serangan itu terjadi di tengah-tengah meningkatnya serangan-serangan terhadap pasukan AS di dan sekitar ibu kota Irak.
Dihadapkan pada meningkatnya perlawanan, pimpinan tertinggi pemerintah AS di Irak, Paul Bremer, meminta kepada Washington tambahan pasukan dan lusinan pejabat sipil untuk mempercepat keamanan dan ketertiban serta pelayanan umum, tulis koran Philadelphia Inquirer, Kamis (07/07/03).
Mengutip para pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya, koran itu mengatakan Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld sedang mempertimbangkan permintaan tersebut.
Permintaan Bremer itu mengemukakan betapa sulitnya menghadapi masalah dengan sedikitnya jumlah pejabat sipil dan sekitar 158.000 pasukan pimpinan AS terkait dengan tantangan yang dihadapi bagi keamanan Irak serta kebutuhan dasar lainnya, tulis the Inquirer.
Sejak 1 Mei, ketika Presiden AS George W Bush mengumumkan perang telah berakhir di Irak, sekurangnya 26 tentara Amerika dan enam tentara Inggris telah tewas sebagai hasil dari aksi permusuhan.
Itu merupakan satu kritik yang sah bagi pemerintahan ini bahwa kita melakukan tugas dengan baik dalam merencanakan perang, tetapi kita tidak melakukan satu pekerjaan yang baik dalam merencanakan apa yang sedang terjadi sekarang, tulis koran itu mengutip pejabat pertahanan.
Para pejabat senior AS mengatakan Bremer telah meminta lusinan pejabat sipil untuk memenuhi kekurangan pemerintahan yang memiliki keahlian di Irak yang tidak berafiliasi dengan rezim Saddam Hussein, menurut laporan tersebut.
Sebagai tambahan, lebih banyak lagi tentara AS dibutuhkan sebagai langkah darurat sampai pasukan perdamaian internasional mulai tiba, tulis The Inquirer mengutip pernyataan seorang pejabat. Jurubicara Departemen Pertahanan AS menolak mengiakan maupun membantah laporan tersebut.
Vietnam Kedua
Jendral Yuri Balovisky, wakil kepala angkatan bersenjata Rusia mengingatkan bila nasib AS di Irak akan menjadi tragedi Vietnam jilid II bagi Amerika. Ia juga menyampaikan bahwa perlawanan yang dilakukan para pejuang bersenjata Irak bukanlah terorisme. Sementara Paul Bremer, wakil penguasa Amerika di Irak meminta tambahan pasukan menghadapi eskalasi serangan pasukan Irak.
Balovisky (06/07/03) mengatakan, Perlawanan Irak bukanlah terorisme. Ia mengatakan hal itu menanggapi pernyataan Presiden AS George W. Bush pada satu hari sebelumnya yang mengatakan bahwa pasukan AS menghadapi serangan serangan kelompok teroris di Irak dan Amerika bertekad akan terus melanjutkan perang melawan teroris.
Menurut Balovisky, dalam pertemuan dengan sejumlah wartawan asing, Semoga Tuhan memelihara kita dari perubahan Irak menjadi tragedi Vietnam jilid II bagi Amerika. Ia mengatakan bahwa dalam dua bulan terakhir, sejak serangan militer besar AS di Irak berakhir pada 1 Mei 2003, lebih dari 22 orang pasukan AS yang tewas akibat serangan-serangan sporadis para pejuang Irak.
Ia meragukan tentang informasi adanya anggota Jaringan Al Qaidah di Irak. Menurutnya, serangan-srangan yang dialami pasukan Irak dilakukan oleh para pendukung Partai Bath yang pro Saddam Husein, yang dalam pandangannya juga masih hidup.
Jendral Rusia itu mengatakan bahwa kondisi di Irak sangat sulit bagi AS, dan karena itulah AS dan Inggris telah melakukan tekanan terhadap NATO untuk segera terlibat di Irak. Apalagi, cuaca panas di Irak bisa mencapai 60° pada musim panas saat ini, imbuhnya.
Berdasarkan pengalaman AS di Afghanistan, sampai saat ini belum menemukan juga dimana Osama Ben Laden bersama pasukan Al-Qaedahnya bersembunyi, demikian juga keadaannya dengan sang Presiden Irak, Saddam Hussein.
Semakin hari kebingungan pasukan AS untuk menangkap Saddam Hussein, membuat pasukan AS di Irak tidak tahan dan banyak yang ingin kembali ke kampong halamannya. Entah sampai kapan perburuan ini akan berakhir, marilah kita tunggu.-
*) Penulis adalah mantan wartawan Antara di Cairo dan pengamat masalah Timur Tengah.
Dimuat Haluan, Selasa, tgl 15 Juli 2003, halaman 5, Opini, Sorotan dan Komentar